Kamis, 03 Juli 2008

ALHAMDULILLAH

Alhamdulillaaaaah Aku beserta temen-temen santri mim tulungagung mengikuti sebuah training yang diadakan oleh LPI Al Azhaar tempatnya disebuah pondok yang asri sekali yaitu Pondok Pesantren Riyadul Jannah Pacet, disana banyak sekali pelajaran yang saya peroleh ilmu-ilmu belum pernah pernah saya dapat baik dari pemateri maupun dari tempat lokasi, tapi semua itu tidak luput dari peran murobbi rukhina ustadzku "minhajun Niam" sehingga saya beserta temen-temen bisa ikut training ini.


Ada kata bijak mengatakan "kita boleh kehilangan segalanya tapi jangan sampai kehilangan harapan. Disaat semua lilin kehidupan padam maka harapan adalah lilin pelita yang menerangi gelap gulitanya kehidupan kita. Cahaya harapan itulah yang akan menuntun kita untuk meraih kembali segala apa yang kita dambakan dan impikan.Ungkapan bijak inilah yang beberapa waktu lalu (2-3/5) disampaikan oleh Ustadz Toha Syaifudin dalam pembinaan guru baru LPI Al Azhaar yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Riyadlul Jannah Pacet, Mojokerto. Sebanyak 50 lebih guru-guru Al Azhaar mengikuti pembinaan ini. Pembinaan ini dimaksudkan sebagai wahana pengenalan lebih mendalam akan visi dan misi LPI Al Azhaar terhadap guru- guru baru tersebut. Selain juga dimaksudkan untuk membangun sinergi yang baik antara guru dan karyawan lainnya dengan lembaga. Sehingga tekad dan harapan untuk membina generasi robbani akan benar-benar terwujud dan teraktualisasikan dalam kenyataan.Di pondok pesantren yang asri pimpinan KH. Mahfudz ini para peserta mendapat sambutan yang teramat hangat dan baik dari tuan rumah. Seperti air jernih yang selalu mengalir deras di kaki pondok, begitu pula kiranya perasaan yang ditampakkan oleh para peserta. Mereka sepertinya begitu menikmati suasana yang sangat bersahabat dan damai di pondok ini. Sangat nyaman, itulah kata pertama yang terucap dari mulut-mulut mereka saat memasuki kamar peristirahatan masing-masing. Begitu tenang dan nyaman, jauh dari hingar-bingar suara bising kota dan polusi udara. Pantas saja bila banyak villa-villa pribadi atau tempat-tempat peristirahatan di bangun di sana. Barangkali faktor kenyamanan dan kedamaian inilah yang menjadi alasannya.Tak sedikitpun waktu terlewati kecuali menikmati pemandangan alam begitu indah yang disuguhkan oleh Sang Maha Pencipta di tempat ini. Obrolan-obrolan yang mengalir diantara peserta pun tak begitu jauh dari memperbincangkan keistimewaan tempat ini. Badan yang terasa lelah tampak kembali segar dengan guyuran air bening-jernih yang menyusup ke pori-pori kulit. Kepenatan hilang digantikan dengan semangat dan antusiasme para peserta dalam menyimak materi demi materi yang disampaikan oleh para pembicara. Tak urung walau tampak sederhana namun acara yang digagas oleh panitia berjalan lancar tanpa hambatan.Acara pembinaan ini berlangsung selama dua hari. Hari pertama lebih banyak diisi dengan pengenalan terhadap masalah-masalah kesekretariatan di LPI Al Azhaar. Ustadz Nurdin Wahyudi sebagai wakil lembaga menjelaskan panjang lebar tentang alasan diadakannya kegiatan pembinaan ini. Ia juga menjelaskan berbagai hal mengenai kesekretariatan yang saat ini di amanahkan di pundaknya. Acara pada session pertama ini berakhir saat menjelang ashar. Para peserta segera berkemas menuju peristirahatan masing-masing untuk mandi, sholat dan menikmati menu hidangan yang disuguhkan di hari itu. Setelah menuntaskan semuanya, mereka kembali bersiap-siap untuk mengikuti acara selanjutnya.Acara berjalan seperti biasa hingga pukul sepuluh malam. Pemateri yang tampil pada malam itu adalah Ustadz Minhajun Niam. Ustadz muda pimpinan Ma'had Ibnu Ma'ud Tulungagung ini menyampaikan beberapa penjelasan yang terdapat dalam kitab Tawajjuhat. Kitab mungil ini merupakan hasil penyusunan dari KH. Ihya 'Ulumudin, murid kinasih Al Allamah Syekh Alwi Al Maliky (alm.). Kitab ini menjelaskan tentang wirid-wirid dan do'a-do'a harian yang mu'tabaroh. Secara tegas dan lugas Ustadz Niam mampu menyampaikan beberapa penjelasan tentang isi dari kitab tersebut secara baik. Selepas itu, para peserta kembali istirahat menuju peraduan masing-masing. Saat asyik terlelap dengan mimpi indahnya, tiba-tiba para peserta dibangunkan kembali untuk melakukan qiyamul lail. Mereka serentak terbangun dan terlihat jam menunjukkan pukul tiga pagi. Hawa dingin terasa menusuk pori-pori kulit. Tidur merupakan kenikmatan Allah yang tak terbeli dengan apapun. Namun, dengan penuh kesadaran para peserta bangun dan melaksanakan ibadah malam tersebut hingga waktu menyentuh Subuh.Hari kedua, lepas Subuh acara langsung dimulai dengan pemberian motivasi yang disampaikan oleh Ustadz Toha. Ustadz karismatik yang berkacamata itu menyampaikan betapa pentingnya kita menjaga silaturrahim dan komunikasi. Sebab hal itulah yang selama ini menjadi penyebab dari keretakan hubungan antar sesama pegawai di lembaga ini. Selain itu, bapak dari tiga anak ini juga menyampaikan betapa berharganya sebuah harapan. Barangkali kita boleh kehilangan segalanya, namun jangan sampai kita kehilangan harapan. Kehidupan ini adalah harapan, barangsiapa kehilangan harapan akan kehilangan kehidupan. Ungkapan tersebut benar adanya. Apalagi sebagai seorang mu'min tidak sepantasnya kita berputus asa dan hilang harapan.Berikutnya, acara bergulir seperti butiran embun di atas daun. Seseorang yang ditunggu sejak awal, akhirnya datang. Para peserta memang sudah lama menunggu datangnya Pak Imam dan sempat bertanya-tanya dimana keberadaannya. Beredar kabar beliau sedang sibuk mempersiapkan kepergiannya bersama rombongan para kyai ke Yaman. Sebuah misi mulia tengah diembannya. Pucuk di cinta ulam pun tiba, pagi itu beliau datang.Ustadz H. Imam Mawardi, Direktur LPI Al Azhaar ini menyampaikan berbagai hal tentang perjalanan Al Azhaar dari awal hingga kini. Perjalanan lembaga pendidikan ini dipenuhi dengan berbagai macam tantangan dan hambatan. Satu hal yang patut dicatat adalah bahwa untuk meraih kesuksesan itu paling tidak selain kerja keras kita juga harus membarengi usaha itu dengan doa, dan banyak-banyak bertaqarrub kepada Allah SWT. Karena mustahil mendapatkan kesuksesan jika sisi ini diabaikan. Banyak hikmah yang dapat dipetik dari wejangan Sang Direktur ini.Sambil menunggu keberangkatan untuk kegiatan outbond, Ustadz Toha kembali memberikan sedikit materi motivasi kepada para peserta. Beliau meminta para peserta berperan sebagai guru yang sedang berhadapan dengan problem yang dialami oleh anak didiknya. Bagaimana sang guru ini menyelesaikan problem itu? Untuk itu, beliau menunjuk dua orang peserta agar berperan sebagai seorang guru dan santri. Dua orang yang ketiban sampur untuk memerankan guru dan santri adalah Ustadz Wahyudin dan Ustadz Hadirin yang selalu hadir di setiap kegiatan yang diadakan oleh lembaga. Pantas saja, namanya juga hadirin. Kedua peserta ini kemudian tampil ke depan. Ustadz Wahyudin sebagai gurunya dan Ustadz Hadirin sebagai santrinya. Sedangkan guru-guru lainnya berperan sebagai rekan-rekan Hadirin.Ustadz Hadirin, lelaki asal lumajang ini berhasil dengan baik memerankan seorang santri yang tengah terbelit masalah. Secara apik pula Ustadz Wahyudin mampu berperan sebagai guru yang berhasil membangkitkan kembali semangat santrinya yang tengah dirundung masalah itu. Seorang guru memang harus mampu, paling tidak menyelesaikan dan memberikan alternatif jalan keluar bagi persoalan-persoalan yang tengah dihadapi oleh santri-santrinya. Aksi keduanya begitu lucu, Ustadz hadirin sebagai santri, dengan bermanja-manja mengadu kepada gurunya. Sedang Ustadz Wahyudin sebagai guru, menunjukkan kasih sayangnya dengan mengelus-ngelus kepala si santri ini, sambil mengucapkan kata-kata yang membangkitkan semangatnya. Tak pelak aksi kedua ustadz yang bergelar MSc. (Madura Spirit Conection) ini, mengundang gelak tawa rekan-rekannya yang lain, suasana pun menjadi ger.Outbond menjadi acara terakhir yang harus dilalui oleh para peserta. Panitia telah menentukan kawasan wisata pemandian air hangat Padusan jadi pilihannya. Ditengah persiapan berkemas menuju tempat wisata tersebut, Pak Kyai Mahfudz pimpinan pondok pesantren tampak keluar dari kediamannya. Sejak awal kedatangan rombongan di pondok itu, pak kyai memang tidak tampak di kediamannya. Barangkali karena kesibukannya yang se-abrek, beliau begitu sulit ditemui. Beruntung saat para peserta hendak keluar untuk outbond, pas bertemu dengan kyai ini. Pak kyai yang juga santri dari Sayyid Maliky (alm.) ini langsung didaulat oleh panitia untuk menyampaikan wejangan kepada para peserta. Di halaman rumahnya yang adem itu, pak kyai menyampaikan wejangannya. Para peserta berdiri hikmat mendengarkan wejangan ini.Dalam wejangannya, pak kyai lebih banyak memberikan motivasi agar kita senantiasa menjaga identitas keislaman dan tidak terpengaruh dengan program-program asing yang berniat merusak identitas keislaman ini secara perlahan. Ia menyatakan mencium aroma ketidakberesan ini. Lembaga pendidikan Islam harus bisa mandiri. Kalau bisa lembaga pendidikan tidak hanya sekadar memberikan pendidikan namun juga mampu berperan dalam membantu para santri untuk lebih mandiri secara ekonomi, yaitu dengan cara melibatkan mereka dalam pengelolaan ekonomi di lembaga. Dengan demikian santri akan lebih siap untuk terjun ke tengah masyarakat karena sejak awal ia telah dididik untuk mandiri. Saat ini kehidupan ekonomi umat Islam sangat jauh dari harapan. Mereka hidup dalam keterpurukan ekonomi dan kemiskinan. Paling tidak usaha untuk membangkitan ekonomi umat ini akan sedikit membantu mengentaskan sebagian problem kehidupan yang ada. Disadari benar bahwa persoalan yang membelit umat ini begitu sangat pelik. Dari segala segi umat ini dilingkupi dengan banyak masalah. Ia berharap dengan langkah-langkah di atas, sebagian problem itu akan sedikit terkurangi. Namun ia menyadari bahwa langkah terpenting dari semua itu adalah melaksanakan syariah Islam secara kaffah. Karena hanya syariah Islam sajalah yang mampu mengentaskan semua problem umat ini. Meski jalan menuju ke sana banyak menghadapi kendala, umat Islam tak boleh berputus asa. Mulailah dari apa yang kita bisa. Demikian wejangan KH. Mahfudz yang disampaikan dihadapan para peserta.
Setelah menerima wejangan dari KH. Mahfudz, para peserta segera naik ke bus yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Setelah tiba di tempat, Ustadz Toha langsung menggiring para peserta untuk mengikuti permainan yang sudah ia rencanakan sebelumnya. Para peserta tampak asyik-masyuk dalam permainan itu. Semuanya tampak bergembira. Para peserta dibagi dua, yaitu tim bapak-bapak dan ibu-ibu. Masing-masing tim tak mau kalah dengan lawannya. Keduanya bersaing keras menampakkan keunggulan masing-masing. Namun, tak ada yang kalah dan menang dalam permainan ini. Karena yang diharapkan hanyalah bagaimana kita menciptakan kekompakan dan kebersamaan dalam sebuah tim. Dan kedua tim telah melakukan permainan ini dengan sebaik-baiknya. Permainan pun berakhir diiringi wajah puas dan sumringah dari para peserta.Selain melakukan kegiatan outbond ini, para peserta juga menikmati pemandangan asri di tempat wisata yang sangat terkenal dengan pemandian air panasnya itu. Selepas menikmati suasana yang ada, para peserta kembali ke bus. Saat tiba di parkiran bus, Ustadz Andi dan Ustadz Hadi yang telah sampai terlebih dulu, melambaikan tangannya kepada para peserta. Keduanya tengah duduk santai menyantap ote-ote goreng plus petis yang disediakan oleh penjualnya. Beberapa peserta bapak-bapak tampak ikutan nimbrung. Setelah menikmati sekadarnya, mereka segera menyusul peserta lain masuk ke dalam bus yang akan membawa mereka kembali ke pondok. Sesampainya di pondok, para peserta segera mengemasi barang-barangnya. Hari itu juga mereka kembali pulang ke Tulungagung.Lepas Ashar rombongan meninggalkan pondok. Bus Lina Jaya yang membawa mereka melaju pelan menuruni daerah pegunungan itu. Syukur, tak ada sedikitpun rintangan yang ditemui sepanjang perjalanan. Perjalanan itu lancar. Sekitar pukul tujuh malam bus Lina Jaya yang membawa rombongan sampai di pelataran Masjid Ar Rohman SD Al Azhaar yang berfungsi sebagai tempat pemberangkatan sekaligus kepulangan. Para peserta kembali ke rumah masing-masing dengan membawa sebuah harapan, semoga Al Azhaar ke depan, mampu mengemban tugas berat 'pendidikan' membina generasi robbani ini secara lebih baik dan bermartabat. Amin. (dien)

Jazakumulloh Khoironkatsiroh

ALHAMDULILLAH Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda tercinta nabi kita suri tauladan kita, panutan, penyelamat nabi besar Muhammad shollallohualaihiwasallam.kami ucapkan yang tak terkira kepada guru-guru yang sambung terus kepada baginda rosul yang telah membimbing ruh kami. Al-ustadz murobbirukhina Minhajun Ni'am -> abina Ikhya' ulumiddin -> Assayyid Muhammad bin Alawy almaliki alhasani rohimahullohuta'ala --->>> sambung kerosululloh. jazakumulloh ahsanal jaza'